Pengajar Patah Hati

66.media.tumblr.com
 
Hati saya patah lagi. Bukan, bukan salahmu. Ini kebodohan saya sendiri. Ketidakpiawaian saya menjaga rasa, hingga saya jatuh dan kecewa.


Lagi-lagi, saya menyukai kamu yang tidak juga menyukai saya. Cinta saya tak bertepuk tapi sangat riuh pada akhirnya. Air mata saya tumpah, saat membuka obrolan-obrolan kita yang lalu. Sengaja masih saya simpan di deretan paling bawah pesan singkat di ponsel saya. Belum berani saya hapus. Takut kalau-kalau dikemudian hari saya merindukan kamu. Ternyata benar, saya rindu.


Tak banyak memori, hanya lewat pesan singkat itu kamu bisa saya kenang. Tak banyak hal yang sudah kita lalui tapi entah bagaimana saya bisa begitu mengagumimu. Tak juga banyak yang kau lakukan, bahkan kepala saya sulit mengingat dibagian mana kamu berjuang untuk bisa mendapatkan perhatian saya.


Saya sadar, kemarin saya menyayangi kamu sendirian. Saya berusaha sendirian. Selalu merendahkan diri untuk tetap bisa mendapatkan perhatianmu. Hati saya lebih dulu banyak berandai.


Saya berprasangka terlalu baik terhadap rasamu. Komunikasi yang sering terjalin, saya kira itu adalah bentuk kita ingin mengenal satu sama lain. Ingin tahu lebih dalam apa yang saya suka dan apa saja yang kamu tidak suka. Saya pikir kita sedang berproses. Ternyata saya salah, tak lama kemudian kamu menghilang.


Mendengarmu sudah tidak sendiri membuat jantung saya berdegup kencang jauh dari kepunyaan manusia normal. Saya hampir lupa, mimpi buruk juga bisa terjadi.


Untuk kamu, yang sudah menjauh tanpa alasan dan meninggalkan saya tanpa pesan. Saya patah hati karena akhirnya kita tak bisa berdua. Saya sedih ketika saya tahu perempuan yang kamu maksud adalah bukan saya. Tapi saya lebih hancur lagi dengan caramu pergi dari saya.


Ternyata lebih sulit ya mengucapkan kalimat penolakkan dari sebuah rasa daripada menyatakan cinta?


Jika disuatu nanti saya masih merindukanmu, maafkan. Bukan padamu, tapi saya meminta maaf pada hati saya sendiri, saya belum pandai merawatnya. Hati saya masih mudah tersakiti oleh kerikil kecil namun tajam.


Jika di suatu waktu nanti kamu tiba-tiba merindukanku. Ah.. rasanya mustahil. Terlalu tidak mungkin. Saya kehabisan kata-kata, hanya satu yang tersisa jika saya tiba-tiba mengingatmu, tak bertepuk namun ramai.


Terima kasih. Satu orang lagi Tuhan kirim dalam kehidupan saya untuk menjadi pengajar. Kamu. Terima kasih.











Komentar

Postingan Populer