Menunda Pertemuan

source: https://c1.staticflickr.com

Sebenarnya apa sih arti pertemuan itu? Seberapa pentingnya ia ada? Toh, sekarang zaman sudah semakin maju. Kalau memang belum sempat, not a big deal-lah kalau belum bisa ketemu. Masih ada whatsapp, ada line, terlebih sekarang ada beberapa aplikasi yang menyajikan daily story, dimana kamu bisa tahu kabar seseorang tanpa perlu bertanya.

Tapi sepertinya saya kurang sependapat dengan pernyataan tersebut. Buat saya yang tidak terlalu suka basa-basi dan malas bertele-tele lewat pesan yang bisa bermakna ganda, pertemuan singkat lebih berarti ketimbang percakapan rutin lewat chat.

Terlebih, untuk saya yang memiliki pekerjaan minoritas dari teman-teman kampus saya yang lain, membuat saya kehilangan banyak kabar dari teman-teman. Mungkin karena saya yang kurang bergaul atau nama saya yang luput dari undangan ke dalam grup-grup berbasis 'pekerjaan'. Atau kedua-duanya, entahlah.

***

Saya ingin cerita sedikit. Beberapa waktu lalu, teman saya akhirnya mengundang saya dalam sebuah grup. Isinya cukup menarik, yaitu merencakanan sebuah pertemuan dalam skala yang sedikit lebih besar. Waktu itu saya langsung berfikir, jika saya bisa ikut andil dalam acara ini, saya mungkin bisa lebih banyak bertemu teman-teman saya yang terakhir saya temui waktu wisuda. Saya rindu.

Seiring berjalannya waktu, pertemuan demi pertemuan berlangsung. Kami, si-penggerak akhirnya membuat rencana yang sedemikian rupa, agar acara ini dapat berjalan sebagaimana mestinya. Setidaknya just take a rest-lah sambil nostalgia bareng-bareng.

Dan hingga harinya hampir tiba, ternyata jumlah yang ikut jauh dari kata 'gathering'. Dari tujuh puluh lebih orang, yang menyanggupi untuk 'iya' kurang dari dua puluh persennya.

Lagi-lagi perihal kesibukan jadi alasan utamanya. Singkat cerita, dengan berat hati dibatalkan.

***

Ini membuat saya gelisah. Saya sempat mengumpat ketika rencana pertemuan itu dibatalkan. Mengingat sudah berapa banyak waktu dan tenaga, bahkan uang yang akhirnya keluar sia-sia. Tapi akhirnya saya teringat pada satu kalimat berikut yang entah dari mana asalnya:

"Semakin usia bertambah, teman semakin berkurang"

Saya menyadari satu hal, menjadi dewasa akan membuat orang terpaksa memiliki kategori-kategori pertemanan. Teman TK, teman rumah, teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, teman nongkrong, teman kantor, dan kategori pertemanan lainnya. Dan kategori inilah yang membuat orang akhirnya memiliki batasan antar kategori.

Menjadi dewasa membuat orang juga harus memilih satu dari semakin banyaknya opsi-opsi yang ditawarkan kehidupan. Jawaban dari pilihannya, jelas tidak ada yang benar dan salah.

Jika ada sebuah acara. Dan kamu rela mengesampingkan beberapa hal yang sebenarnya juga berjalan dalam waktu yang sama, untuk demi hadir ke acara tersebut. Itu pilihanmu.

Dan jika kamu lebih memilih tidak hadir dalam sebuah acara, yang mungkin menurutmu acara tersebut tidak terlalu penting karena ada hal lain yang harus dikerjakan atau ada beberapa hal yang sedang perlu di hemat. Itu juga pilihanmu, tidak masalah.

Yang menjadi masalah adalah, ketika si-hadir dan si-tak hadir ini tidak bisa saling menghargai keputusan satu sama lain. Terlebih jika medium komunikasinya adalah pesan singkat. Alot!

Memang benar, pertemuan harus-lah dikehendaki oleh kedua pihak. Jika pihak satu tidak menyetujui, ada baiknya ungkapkan dengan pernyataan yang jelas. Tulisan yang sudah jelas saja bisa bermakna ganda, sesuai dengan suasana hati si-pembaca pesan, apalagi yang diam.

Kegelisahan saya berlanjut ke masa berikut yang akan datang. Bagaimana jika akhirnya kami semua takut untuk memulai pertemuan lagi? Bagaimana jika nantinya, tidak lagi ada yang ingin menjadi penggeraknya? Lalu kita mati dalam kenangan yang buruk.

Atau bolehkah saya menyebut ini dengan menunda, bukan membatalkan. Setidaknya saya masih bisa berharap pertemuan ini terwujud. Meskipun entah kapan.

Sampai bertemu dilain waktu!

Komentar

Postingan Populer